16/05/10

Apresiasi untuk Hilya ( Vee )



Hilya Al Aina, Nama Baru yang membawa saya pada sebuah dunia dengan warna yang berbeda. Sadar, bahwa hidup itu tak sekedar tidur, bangun, sekolah, belajar dan berorganisasi. Tetapi ada satu Struggle yang kadang kita lupa, atau bagi orang-orang yang berpunya sengaja tak mau kenal. Survive untuk diri sendiri. Mandiri tepatnya!.

Jika selama ini kita merasa bahwa kita adalah orang yang paling survive, mampu berdiri di atas kaki sendiri, maka coba tengok sesosok muslimah yang pantang menyerah ini.



Kalau kita menganggap, kita adalah orang yang the highest spirit. Besar cita-cita. Gemuk akan rencana-rencana. Maka mari, saya mengajak anda untuk mengintip seorang wanita yang “Talk less do More”.


Saya malu pada diri sendiri jika mendengar cerita hidupnya. Jika di pagi hari mungkin kita masih asyik sarapan dan mempersiapkan segala hal untuk aktivitas seharian. Maka lain halnya dengan Hilya, ada apa dengan Dia? ini tentang Survive, Struggle. Perjuangan.

Kadangkala, Kita mungkin tak ada bedanya dengan “beggar” (peminta-minta), anak papa mama yang hanya kenal bahasa “Mah, saya mau ini, Pah saya butuh itu. beliin yah!.. ,, Malulah dengan Hilya.
Jika Di sini Saya hanya mampu berkoar-koar, tanya sana tanya situ. Mengadu sana Mengadu situ. “Mana Follow Up dari Pelatihan jurnaslitik? Mana Komunitas kita? Mengapa mati? Kapan bangkit?” Tetapi diseberang sana, tepatnya di kota bornea, ia sudah membangun sebuah komunitas. Ia pelopornya. Sebuah sanjungan yang teramat dalam, ketika ia meminta saya untuk memberi masukan tentang nama komunitas tersebut.

Baru beberapa pekan terbentuk, ia sudah menembus RRI dan berhasil bernegosiasi dengan pemred/pimred salah satu koran Lokal. Sungguh, ini bukan berlebihan, tapi ini kenyataan bahwa saya tak pernah berhenti menggeleng-gelengkan kepala sambil berkata “Subhanallah…Wauw, Luar Biasa”.
Walaupun ia pernah “dikecewakan” oleh beberapa orang yang mengaku saudarinya, tapi ia tetap eksis. Saya tak yakin, jika kekecawaan tersebut terjadi pada diri saya, apakah saya bisa sekuat dia? Atau, yah..saya pernah melihat beberapa orang yang pernah mengalami hal yang sama. “Kecewa”. tak sedikit yang “kabur”. Tapi mungkin untuk Hilya, kabur bukanlah solusi, tapi Polusi. Mungkin Sabar dan Husnudzon adalah senjatanya. Tapi yang pasti kita semua sepakat kan, bahwa tak ada yang sempurna? Setuju kan, jika yang sempurna hanya Islam? Gimana Ukh Hilya, setuju?

Jujur, saya adalah orang yang “sedikit tidak suka memuji”. Bisa ditanyakan ke orang terdekat saya, bahkan ketika ada kegiatan, jangan pernah undangan, pamflet, atau apapun diasistensikan ke saya untuk pertama kalinya. Bisa-bisa kalian Down!...Bukan karena saya perfeksionis, tapi Saya Apa Adanya Saya. Sama halnya dengan memuji sebuah tulisan. Untuk penulis Indonesia, Selain Abu Umar Basyir, Salim A.Fillah, Dee, Muhammad Faudzil ‘Adhim, Abul Miqdad al Madani, dan Andrea Hirata tak ada lagi nama yang mampu membuat saya Jatuh.

Kali ini, Really! Saya telah jatuh hati pada sebuah tulisan yang digoreskan oleh Hilya Al Aina, “Surat Untuk calon Ibu Mertua”!...bahasa yang tak dibuat-buat, tak menjadi aneh, sebuah bahasa yang keluar dari hati (saya Tau kenapa. Ehm..ehm…) sampai-sampai saya bertanya “ini Tulisan ukhti?” saking tak percayanya Seorang hilya mampu menulis sebagus itu, ini bukan puisi kan? Yah ini bukan puisi. Karena Saya Tidak terlalu suka dengan PUISI. Puisi membuat saya bingung, pusing, tak paham maknanya (Maaf UKH Rifa’ah, Puisi-puisi mu membuat saya Confuse, Hahaha). Saya tak punya buku kumpulan puisi. Dan sepertinya, Hilya Pun tak sering menggubah Puisi. Sama!

Hilya tidak sendiri, jadi tak pantas kiranya saya menyebut “seorang Hilya” tetapi “Hilya” (menyebut atau membaca namanya harus tegas, tak boleh lembek) sekali lagi “HILYA”, ia tak sendiri, saya melihat di belakangnya ada berjuta semangat dan barisan realisasi yang akan disegerakan. Sekali lagi Talk Less do more. Itu dia!

Jika tak ada penyakit yang bernama Riya’ dan ujub, maka saya akan menggoreskan semua kekaguman-kekaguman saya kepada mu Ukhti. Karena Saya ingin menjadi penjagamu, maka yang lainnya biar tersimpan di lembaran-lembaran sejarah hati saya.
Ukh Hilya, I Love u. Uhibbukifillah… Jika tak bisa bertemu di dunia, Saya Harap Kita bisa bertemu di majelis Rasulullah, Di syurga.. Jadi, Mari Qta saling membantu untuk itu!

-Pelajaran darinya, jangan hanya bicara…Do Guys, do!!!-


0 komentar:

Posting Komentar