25/05/09

Surat Cinta Untuk Saudariku


Saudariku, kutulis ini bukan untuk mengungkapkan kekecewaan ku, tapi sekedar ingatan ternyata virus itu bisa mengenai kita, virus yang ku tak tau dari mana asalnya dan kenapa begitu mudah masuknya..

Ternyata aku atau lebih tepatnya Kita, lalai mendeteksinya dan akhirnya semua terlambat dan virus itu menyebar di hati-hati kita…

Virus yang meluluhlantahkan hati ku atau mungkin juga hatimu, sehingga hampir-hampir kita bersama mundur dari jalan ini yang ketika kata-kata itu terucapkan hampir kita lupa bahwa jika kita keluar mungkin virus yang lebih akut siap menyapa kita…

Saudariku, atau lebih tepat adikku…. Telah lama kita bersama, mengenal mu adalah anugerah dariNya melewati hari-hari dengan begitu semangat untuk mengajak mereka para remaja bersama kita belajar agama ini, berjuang di tengah kota kecil yang sangat bahaya syubhat-syubhatnya dan kita mampu melewati itu..

Kadang kita merasa tertekan dan kadang pula kita sangat letih disaat berbagai tugas sekolah dan kuliah seakan-akan mengejar kita tapi adikku hal itu tak mengurangi semangat dakwah kita..dan adikku bersama dengan mu sangat membahagiakan hingga suatu saat pipi ini harus basah karena dirimu, hati ini terluka karena lisan dan sikapmu…

Adikku tidak ku minta dirimu mu bersujud memohon maaf padaku, tidak adikku…Ku hanya meminta sedikit penghargaan mu kepada kakak mu yang tidak paham ini…

Kekecewaan,…seakan-akan ini yang teramat berat kurasakan, hampir-hampir aku sangat tidak percaya dengan sikap mu memperlakukan diriku…

Kau begitu marah, hingga mengemis aku memohon padamu untuk melupakan semua tapi ternyata tak cukup membuat hatimu luluh…

Sebagai seorang kakak, aku hanya ingin bersikap bijaksana dengan menasehatimu, menghiburmu, dan merayumu tapi ternyata itu sia-sia…

Aku sangat tidak percaya,…dirimu yang kukenal humoris, supel, cuek, dan sedikit tomboy bisa segitu keras melebihi batu, padahal batu saja jika terkena air terus-menerus juga akan berlubang….

Adikku, Maafkan aku jika ternyata tanpa sadar tidak menghargaimu…mengabaikanmu..atau apa pun anggapan mu, Sungguh adikku, tidak ada niat ku demikian…bahkan aku teramat sayang padamu walau engkau bukan adik kandungku…

span class="fullpost">

Bukan aku tidak menghargaimu, bukan aku mengabaikan mu… tapi semua itu terjadi begitu saja sehingga aku tak punya pilihan lain selain hal itu, ku ingin membantumu menyelesaikan masalah itu tapi tenyata itu kau anggap tidak menghargai dan mengabaikan mu…

Sungguh adikku, betapa aku terluka karena anggapan itu,… lelah letih ku kau anggap demikian tapi adikku aku tetap menyayangimu…

Adikku tahukah engkau bayang-bayang hari itu terus menghampiriku, menggangu lelap ku dan juga selalu hadir disaat aku ingin melupakan semua itu…

Adikku, hampir aku tidak sabar menghadapimu setelah sekian usaha ku memperbaiki semuanya tidak kau respon, hampir aku berkeras diri untuk membiarkan semuanya terjadi tapi bersyukurlah mereka saudari kita fillah dengan sigap membaca keadaan kita hingga mereka mengatkan ku untuk bersabar atas sikapmu, memahami dirimu bahwa engkau sedang proses pendewasaan…

"Ketahuilah bahwa sabar, jika dipandang dalam permasalahan seseorang adalah ibarat kepala dari suatu tubuh. Jika kepalanya hilang maka keseluruhan tubuh itu akan membusuk. Sama halnya, jika kesabaran hilang, maka seluruh permasalahan akan rusak".(Ali bin Abi Thalib)

Aku tersadar dan kembali lagi mengalah padamu tapi ternyata Allah mendengar doaku hingga akhirnya engkau sadar akan kesalahan sikap mu dan memperbaiki semuanya…

Adikku dan untuk semua saudariku, syetan laknatullah tidak akan pernah membiarkan kita dengan bebas berukhuwah fillah terlebih lagi berdakwah dalam ad dien ini dan ketahuilah syetan sangat mengetahui sedikit celah yang bisa dimasukinya untuk merusak ukhuwah itu karena ia tahu merusak dari luar akan membuat kita semakin kokoh sehingga ia sangat pintar dan merusaknya dari dalam dan ketika itu terjadi yakinlah semua itu akan berakhir…

Adikku uhibbukifillah…….



0 komentar:

Posting Komentar